Jakarta, Agustus 2025 — Di tengah berkembangnya kebutuhan akan personalisasi dan pengalaman emosional dalam konsumsi produk, industri kecantikan dan makanan kini menemukan titik temu baru: tren food-beauty. Bukan lagi sebatas gimmick, tren ini menyatukan elemen kuliner dalam bentuk visual, aroma, rasa, hingga storytelling yang relatable—dan telah menjadi strategi yang sangat digemari oleh Gen Z.
Kini, makeup tak hanya soal hasil akhir di wajah, tapi juga tentang rasa nyaman, memori yang terpicu, dan momen yang bisa dinikmati layaknya makanan favorit. Beauty products hadir dengan sensasi seperti chocolate-inspired palettes, lip balm rasa mango, hingga brush makeup bertema kopi yang memberi rasa cozy seperti menyeruput espresso di pagi hari.
Sejumlah brand internasional pun mulai menjadikan kuliner sebagai inspirasi utama kampanye mereka. Sebut saja:
Fenty Beauty x Ketchup by MSCHF, kolaborasi lip gloss dan saus tomat yang sukses mencuri perhatian dunia,
Too Faced dengan makeup beraroma chocolate, peach, hingga gingerbread yang menjadi signature sejak awal,
Glossier dengan Balm Dotcom rasa birthday cake dan wild fig yang jadi favorit penggemar aroma manis,
Etude x Hershey’s yang mengubah eyeshadow menjadi “cokelat batangan” yang bisa dipakai, bukan dimakan.
Jacquelle Beaute dengan Espresso brush yang terinspirasi dari pengalaman minum kopi di pagi hari. Tak hanya dari sisi desain dan storytelling, tapi juga melalui tekstur bulu yang selembut foam latte dan warna-warna hangat yang menenangkan.
Tren ini tumbuh dari satu kebutuhan besar generasi saat ini: kenyamanan emosional dalam bentuk keseharian. Ketika makanan bisa jadi bentuk self-reward dan nostalgia, makeup dengan pendekatan serupa terasa lebih personal, menyenangkan, dan sangat bisa dibagikan di media sosial.
Produk kecantikan kini bukan hanya untuk dilihat, tapi untuk dirasa. Dari rasa manis, lembut, hingga hangat—beauty brands tengah berlomba menciptakan pengalaman multi-indra yang tidak hanya menempel di kulit, tapi juga melekat di hati.
Karena hari ini, beauty bukan lagi soal tampil cantik—tapi soal rasa yang ditinggalkan.
Artikel ini juga tayang di vritimes